Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis

Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis

Operasi Sinusitis


Anatomi dan Fungsi Sinus
    Anatomi Sinus
    Fungsi Sinus
Penyakit Sinusitis
    Definisi dan Klasifikasi Sinusitis
    Etiologi Sinusitis
    Tanda dan Gejala Sinusitis
    Terapi Sinusitis
Jenis Operasi Sinusitis
    Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (FESS)
    Punktur Antrum (Penusukan pada Antrum)
    Antrostomi


Anatomi dan Fungsi Sinus

Sinus Paranasal

● Anatomi Sinus

Sinus secara istilah berarti ruang/rongga. Istilah sinus yang dipakai untuk penyakit sinusitis sering mengacu pada rongga yang berada di sekitar hidung. Untuk selanjutnya kita menggunakan istilah sinus paranasal (nasal= hidung).[1]

Di sekitar rongga hidung terdapat ruang-ruang/rongga yang disebut sinus paranasal (ingat bahwa sinus paranasal berbeda dengan rongga hidung). Dalam tubuh manusia terdapat 4 pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila kanan dan kiri, sinus frontal kanan dan kiri, sinus etmoid kanan dan kiri serta sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui suatu lubang yang disebut ostium.[1]

● Fungsi Sinus

Fisiologi dan fungsi dari sinus saat ini masih terus dipelajari oleh peneliti. Beberapa fungsi yang telah diketahui dari sinus paranasal ini antara lain: untuk menjaga kelembaban udara saat inspirasi (menghirup udara saat bernapas), untuk pengaturan tekanan intranasal, berperan dalam sistem pertahanan (imun), menambah area permukaan mukosa (untuk keperluan olfaktori/penciuman), meringankan tengkorak, untuk resonansi suara, serta dapat berperan dalam menahan guncangan pada tengkorak (kepala). [2]


Penyakit Sinusitis

● Definisi dan Klasifikasi Sinusitis

Sinusitis adalah inflamasi yang terjadi pada permukaan mukosa sinus paranasal. Sinusitis memiliki beberapa jenis, yaitu sinus akut, sinus subakut, dan sinus kronis. Sinusitis akut biasanya dapat sembuh dengan terapi dalam 2-3 minggu; sinusitis subakut dalam 4-12 minggu; sedangkan sinusitis kronis dapat sembuh dalam jangka terapi selama lebih dari 12 minggu. Jadi, pada dasarnya sinusitis kronis merupakan sinusitis akut yang episode infeksinya terus berlanjut hingga lebih dari 12 minggu.[3]

● Etiologi Sinusitis

Sinusitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, fungi, atau bahkan akibat reaksi alergi. Kebanyakan penyakit sinusitis ini melibatkan sinus maksila dan etmoid. Sinus maksila merupakan sinus terbesar dari sinus paranasal. Ostium/lubang dai sinus maksila ini mengarah ke arah atas menuju rongga hidung, sehingga pengaruh gravitasi menjadikannya mudah terkena infeksi dikarenakan cairan atau lendir yang mudah tertampung di dalam sinus maksila.[3]

Sinusitis dapat terjadi akibat infeksi yang terjadi di rongga pernapasan. Cairan infeksius dari rongga pernapasan dapat mengalir ke arah sinus (utamanya sinus maksila, akibat pengaruh gravitasi) sehingga berpleuang besar terjadi infeksi sinusitis. Selain itu, sinusitis juga dapat terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi ataupun cairan yang masuk akibat menyelam atau berenang.[3]

● Tanda dan Gejala Sinusitis

Tanda dan gejala dari penyakit ini antara lain: hidung tersumbat, lendir hidung yang purulen (bernanah, berwarna kekuningan atau bahkan hijau), rasa sakit kepala yang semakin berat jika pasien membungkuk ke depan (berkaitan dengan peningkatan tekanan intranasal), serta nyeri di area wajah dan gigi. Demam, kelemahan, dan gejala lainnya juga sering ditemukan pada pasien sinusitis. Ada kaitan antara sinusitis dan asma. Insiden sinusitis pada pasien dengan asma berada dalam rentang antara 40-75%.[3]

● Terapi Sinusitis

Penanganan sinusitis sering berdasarkan pada gejala yang dialami. Gejala seperti rinorea, bersin, dan batuk sering berkaitan dengan sinusitis. Obat-obat seperti antihistamin, OAINS (obat anti-inflamasi non-steroidal), dan dekongestan serta antitusif (penekan batuk) sering diberikan pada pasien sinusitis. Pada kasus tertentu jika sinusitis sudah semakin parah dan sulit disembuhkan dengan medikasi, prosedur operasi sinusitis dapat dilakukan.[3]


Jenis Operasi Sinusitis

Mengingat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keparahan penyakit, kombinasi dari kedua terapi medis dan operasi dapat memainkan peran dalam kelanjutan manajemen penyakit pasien.[4]

Dalam menentukan pasien yang  tepat untuk operasi, keputusan harus didasarkan pada kemungkinan bahwa prosedur bedah mampu menawarkan perbaikan yang diinginkan. Pasien dengan diagnosis rhinosinusitis (sinusitis hidung) yang belum terbebas dari gejala setelah terapi medikasi (obat) yang maksimal paling mungkin untuk mendapatkan manfaat dari prosedur operasi sinusitis. [5]

Pengetahuan yang mendalam tentang anatomi sinus diperlukan oleh dokter bedah THT untuk operasi sinusitis yang aman dan efektif.  Ada beberapa jenis operasi untuk mengatasi sinusitis. Salah satu operasi sinusitis yang sering dipakai oleh para dokter bedah spesialis THT saat ini adalah operasi yang dinamakan bedah sinus endoskopi fungsional (FESS).[4]

● Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (FESS)

Prosedur ini merupakan kemajuan terbaru dalam pengobatan penyakit sinus. Mengenai konsep prosedur FESS, telah jelas bahwa dengan membuka blokir pada ostium sinus maka akan mengembalikan drainase dan ventilasi normal dari sinus sehingga mukosa yang terinflamasi akan juga kembali normal. Dengan FESS, dokter tidak perlu membuang semua mukosa yang terinfeksi. [6]

Bedah sinus endoskopi fungsional (FESS) adalah prosedur bedah yang minimal invasif. Ia disebut fungsional karena tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi sinus dengan menyediakan drainase dan aerasi udara, dengan cara menghilangkan obstruksi pada ostia alami dari sinus.[6]

Prinsip utama dari bedah sinus endoskopi fungsional (FESS) adalah menyesuaikan operasi dengan tingkat penyakit, menjaga sebanyak mungkin mukosa yang sehat, dan meperbaiki kembali drainase sinus serta aliran udara dengan cara memperbesar ostium. Karena efektivitasnya, tingkat keamanannya, morbiditas yang rendah, invasi yang minimal, serta akses yang lebih baik dalam hal visualisasi; bedah sinus dengan endoskopi juga dilakukan untuk berbagai indikasi selain inflamasi sinusitis.[7]

Sebelum dilakukan operasi, dokter perlu melakukan pengkajian mendalam tentang kondisi penyakit sinusistis pasien. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor teknis, mukosa, dan sistemik yang dapat berkontribusi terhadap hasil operasi.[5]

Kemajuan teknologi dalam modalitas diagnostik dan bedah diperlukan untuk membuat prosedur operasi yang tepat, lengkap, dan aman. Kesalahan dan komplikasi akibat opeasi masih dapat terjadi. Komplikasi mayor terjadi pada 0-1,5% kasus dan komplikasi minor terjadi pada 1,1-20,8% kasus bedah FESS.[7]

Hasil bedah terbaik sering diperoleh dengan mengoptimalkan perawatan medis baik sebelum operasi dan pasca operasi. Mengoptimalkan perawatan medis sebelum operasi  akan mengurangi kemungkinan komplikasi, dan membantu menjaga mukosa olfaktori (penciuman) dari kerusakan.[4]

Selain FESS, ada beberapa prosedur bedah lain yang juga digunakan untuk mengatasi sinusitis, di antaranya adalah punktur antrum dan antrostomi.

● Punktur Antrum (Penusukan pada Antrum)

Prosedur ini melibatkan anestesi lokal dan menggunakan alat yaitu trocar dan kanula. Sinus diairi dengan saline normal steril (air steril) dengan suhu sesuai suhu normal tubuh. Saat proses irigasi ini, pasien disuruh bernapas melalui mulut dengan kepala di bawah. Cairan kemudian akan keluar melalui ostium sinus. Air yang keluar didokumentasikan karakter debitnya dan dapat dikirim untuk pemeriksaan sitologi atau bakteriologi. Pada akhir prosedur, obat-obatan juga dapat diberikan langsung ke dalam rongga sinus.[6]

● Antrostomi

Antrostomi inranasal, merupakan prosedur drainase yang dilakukan pada sinus maksilaris. Tujuannya adalah untuk membuat lubang yang permanen di dekat lantai antrum sehingga memudahkan drainase cairan. Dengan anestesi lokal ataupun umum, meatus inferior dibuka dan kemudian sebuah alat yang dinamakan Myles gouge dimasukkan melalui dinding nasoantral, di bawah konka inferior. Prosedur ini sekarang telah jarang dipakai karena hasil observasi telah menunjukkan bahwa prosedur ini tidak efektif. Baru-baru ini, antrostomi intranasal telah digantikan oleh antrostomi meatus tengah endoskopi yang bertujuan untuk memperbesar ostium alami dari sinus maksilaris.[6]


Referensi:

[1]  Herawati, S., & Rukmini, S. (2003). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta: EGC

[2]  Anggraini, D. Rita. (2005). Anatomi dan Fungsi Sinus Paranasal. Medan: USU Repository

[3] Buttaro, T. Mahan, et al. (2013). Primary Care: a Collaborative Practice - 4th ed. Missouri: Mosby - Elsevier, Inc.

[5] Smmen, D. & Jones, N. (2005). Manual of Endoscopic Sinus Surgery and Its Extended Applications. Stuttgart: Thieme Publishing Group

[4] Kountakis, S. Jacobs, J., & Gosepath, J. (2008). Revision Sinus Surgery. New York: Springer Berlin Heidelberg

[6] Maqbool, M. & Maqbool, S. (2013). Textbook of Ear, Nose, and Throat Disease - Twelfth Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

[7] Meghanadh, K. R. & Sethi, D. S. (2012). Functional Endoscopic Sinus Surgery - ECAB - E-Book, 1st Edition. New Delhi: Elsevier
PENTING!!!

Mohon SHARE dengan menekan tombol yang ada di atas sesuai akun yang Anda miliki (Facebook, Twitter, Google+, dll) jika postingan ini menarik dan bermanfaat menurut Anda :-)
Jangan lupa juga untuk memberikan tanggapan Anda di kolom KOMENTAR :-D
Setiap SHARE dan KOMENTAR yang Anda berikan adalah bentuk dukungan untuk situs kami ;-)

Anda diperbolehkan untuk melakukan rewrite ataupun remake (jangan REPOST 100%) konten dari artikel ini untuk dibagikan lewat BLOG/WEBSITE Anda, asalkan Anda mencantumkan link DOFOLLOW ke URL artikel ini serta tidak berbuat curang yang dapat merugikan kami ataupun orang lain!
Marilah kita saling menghargai jerih payah dan hasil karya orang lain :)

Title : Operasi Sinusitis - Jenis Jenis Operasi Sinusitis
URL : http://saintiskesehatan.blogspot.com/2016/03/operasi-sinusitis.html

Related Posts

Previous
Next Post »